Costinha: Gelandang Bertahan Portugal yang Jadi Fondasi di Balik Kejayaan

Kalau kamu nonton Timnas Portugal atau FC Porto di awal 2000-an, ada satu sosok yang sering muncul tapi nggak terlalu disorot kamera: Costinha. Bukan karena dia nggak penting, tapi karena perannya begitu vital sampai-sampai kehadirannya baru kerasa pas dia nggak ada.

Yup, Costinha adalah gelandang bertahan klasik—yang kalem, disiplin, dan selalu kerja kotor demi bikin bintang-bintang di depan bisa bersinar. Yuk kita kulik kisah karier pemain yang diam-diam punya peran besar di generasi emas Portugal ini.

Awal Karier: Dari Lisbon ke Panggung Eropa

Nama lengkapnya Francisco José Rodrigues da Costa, lahir 1 Desember 1974 di Lisbon, Portugal. Dia sempat menghabiskan waktu di akademi Benfica, tapi karier profesionalnya baru benar-benar berkembang setelah hijrah ke Prancis, tepatnya di klub AS Monaco.

Di sana, dia jadi andalan lini tengah dan bantu Monaco juara Ligue 1 tahun 2000. Gaya mainnya yang tenang tapi efektif bikin banyak pelatih jatuh cinta.

Era Porto: Bagian dari Tim Jose Mourinho yang Ikonik

Tahun 2001, Costinha pindah ke FC Porto, dan di sinilah namanya benar-benar melejit. Bareng pelatih muda penuh ambisi—Jose Mourinho, Costinha jadi bagian dari trio lini tengah maut bareng Maniche dan Deco.

Porto bukan cuma juara domestik, tapi juga:

  • UEFA Cup 2003
  • Liga Champions 2004

Dan percaya atau nggak, Costinha adalah pencetak gol penting di laga-laga krusial. Salah satunya? Gol lawan Manchester United di Old Trafford tahun 2004 yang bikin Porto lolos dan akhirnya jadi juara Liga Champions. Momen itu juga jadi titik balik karier Mourinho.

Gaya Main: Disiplin, Taktikal, dan Minim Drama

Costinha bukan pemain yang ngasih assist cantik atau gol spektakuler. Tapi coba cek statistik tackle, interception, dan positioning—semuanya jempolan.

  • Reading game: Dia jago banget baca alur serangan lawan dan nutup ruang.
  • Passing sederhana tapi efektif: Nggak neko-neko, yang penting bola aman.
  • Mentalitas tinggi: Gak takut duel keras, selalu siap pasang badan buat tim.

Dia tipe gelandang yang nggak butuh spotlight tapi tanpanya, tim jadi keropos.

Timnas Portugal: Pilar Tak Tergantikan

Costinha debut di Timnas Portugal tahun 1998. Dia jadi starter reguler di era emas awal 2000-an, bareng Figo, Rui Costa, Pauleta, dan Deco. Dia main di:

  • Euro 2000
  • Euro 2004 (runner-up)
  • Piala Dunia 2002
  • Piala Dunia 2006 (semifinal)

Di semua turnamen itu, Costinha hampir selalu jadi pilihan utama pelatih. Dia dikenal sebagai pemain yang bisa jaga keseimbangan permainan. Kalau Portugal lagi diserang, dia yang nutup celah. Kalau tim mulai build-up, dia yang jadi penghubung.

Klub Lain dan Akhir Karier

Setelah Porto, Costinha sempat main di beberapa klub besar:

  • Dynamo Moscow (2005–2006)
  • Atlético Madrid (2006–2007)
  • Atalanta (Italia) (2007–2010)

Tapi performanya menurun seiring usia dan cedera. Dia akhirnya gantung sepatu pada 2010.

Setelah Pensiun: Pelatih dan Direktur Teknik

Setelah pensiun, Costinha nggak ninggalin dunia bola. Dia sempat jadi direktur olahraga di Sporting CP dan juga melatih beberapa klub Portugal seperti Nacional dan Santa Clara.

Gaya kepemimpinannya mirip saat main—tenang, analitis, dan taktis. Dia dikenal sebagai pelatih yang tegas tapi adil, dan sering dapet respek dari pemain muda.

Legacy: Gelandang yang Nggak Butuh Sorotan

Costinha mungkin bukan nama yang sering muncul di highlight reel. Tapi buat yang ngerti taktik dan struktur tim, dia adalah fondasi. Tanpa dia, susah buat Deco atau Figo bisa bebas main menyerang.

Dia contoh nyata pemain yang nggak cari panggung, tapi selalu total buat tim. Dan dalam dunia sepak bola, pemain kayak gini itu langka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *